Masruchi Adyningsih

Saya terlahir di Surabaya, menjadi Sarjana Bahasa dan Sastra Jawa ketika Unesa masih bernama IKIP Negeri Surabaya. Mengajar di SMPN 1 Ngoro Mojokerto...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jimat paripih yang terlupakan

Jimat paripih yang terlupakan

#Tantangan gurusiana hari ke 22

Jimat dalam Bahasa jawa berarti “barang siji dirumat” (suatu benda yang dirawat dan dipelihara). Jimat paripih dalam budaya jawa adalah bentuk meminta restu dari orang tuanya ketika seseorang akan merantau jauh. Atau ketika mereka akan berumah tangga yang terpisah dari orang tuanya. Adapun jimat paripih berbentuk benda sebagai simbol pengingat agar mereka masih tetap punya rasa hormat kepada orang tuanya. Simbol ini dianggap sebagai modal dasar untuk mengembangkan diri membentuk suatu keluarga baru , atau untuk tercapainya cita-cita di rantauan.

Adapun bentuk benda yang dimaksud adalah potongan kuku jari manis ibu jari kaki ujung rambut dan sesobek pakaian yang dipakai orang tuannya untuk membungkus potongan kuku dan rambut. Ketika dia meminta jimat paripih si anak diwajibkan untuk mencuci kaki orang tuanya, setelah itu digunakan untuk cuci mukanya sambil meminta maaf bahwa selama ini mereka belum bisa menyenangkan dan memuliakan orangtuanya. Walau terlihat sederhana hasil dari kearifan lokal tersebut merupakan satu tradisi yang dijunjung tinggi dan dihormati sehingga menghasilkan obsesi yang menjadi kenyataan.

Jimat paripih ada bermacam-macam cara dan bentuk simbolnya. Antara lain memberi bekal kepada si anak ketika akan melangsungkan perkawinan yaitu berupa selembar uang kertas nominal terbesar yang dipunyai orang tuanya. Secara simbolis, pemberian tersebut agar kelak si anak yang telah berumah tangga dapat mudah mencari rejeki. Uang tersebut tidak boleh dipakai atau dibelanjakan sebagai bentuk pengingat dan kesaksian Alam semesta bahwa dirinya sudah diberi modal oleh orang tuanya. Dalam pandangan jawa pentingnya disaksikan alam semesta agar kelak alam semesta tidak menghalangi keberhasilan sang anak.

Bentuk jimat paripih yang lain yaitu Semisal ada pasangan suami istri yang salah satu meninggal dunia, maka suami atau istri yang masih hidup memberikan bekal kepada anak-anak yang ditinggalkan ayah atau ibunya dengan memberi bekal selembar uang terbesar. Uang yang diberikan tersebut berasal dari uang sumbang sih yang diberikan orang lain sebagai tanda duka. Pemberian jimat paripih oleh salah satu orang tuanya yang masih hidup tersebut bertujuan sebagai simbol bahwa almarhum/almarhummah telah memberi warisan kepada anak-anaknya. Hal tersebut dimaksudkan agar nantinya anak-anak yang ditinggalkan orangtuanya dapat mengembangkan keberhasilan dalam kehidupan mereka. Selain itu jimat yang berupa uang tersebut menjadi pengingat bahwa orang tuanya yang telah meninggal telah memberikan warisan. Uang tersebut adalah simbol agar alam semesta menyaksikan kebaikan orang tuanya yang telah memberi bekal (modal) pada anak-anaknya.

Demikianlah sekilas pengetahuan tradisi jawa tentang jimat paripih. Sebuah Jimat yang hanya diberikan oleh orang tua kepada anak-anaknya yang kini mulai tidak dikenali lagi oleh pemilik budaya tersebut. Tradisi yang dulu ada akan terus menghilang bila kita tidak menyimpannya. Jimat paripih adalah simbol kasih sayang orang tua kepada anaknya, dengan menggunakan simbol- simbol sebagai penanda diri agar disaksikan alam semesta. Dalam ketiadaanya pun orang tua masih memberikan tanda agar alam semesta menyaksikan anak-anak mereka adalah anak-anak yang memiliki harta dan derajad. Maka benar kata pepatah kasih anak sepanjang galah kasih orang tua sepanjang jalan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wou....kereeeen bu

12 Jun
Balas

Luar biasa. Pelan2 tapi pasti...mengoleksi budaya lama... Budaya yg memang diselamatkan

07 Jun
Balas

Nggih pak Agus Salim, bila bukan kita siapa lagi yang akan menyelamatkan warisan leluhur.

07 Jun

makin keren, inspiratif, dan semoga tulisan ini bermanfaat untuk banyak orang.

07 Jun
Balas

Aaamiin, Maturnuwun

07 Jun

Pengetahuan baru bagi saya tentang jimat paripih

10 Jun
Balas

Nilai nilai yang sarat makna

10 Jun
Balas

Nggih mbak Oky

10 Jun

Ooh, baru tahu saya Bun, suami saya suku Jawa, trans ke Sumatra Barat Bun. Terimakasih dah berbagi informasi. Salam kenal

06 Jun
Balas

Iya bunda, terima kasih

07 Jun



search

New Post